Ide Cerdas Kota Cerdas ala Sang Profesor "AJB"


Tak ada warga Buang Air Besar (BAB) sembarangan di sungai. Tak ditemukan lagi onggokan sampah menyumbat drainase di sepanjang kota itu. Asafri Jaya Bakri berpeluh keringat menyulap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup warga.
—————————-
Lepas maghrib, anak-anak itu tak langsung pulang kerumah. Ada yang belajar mengaji, ada pula yang belajar bahasa arab dasar.
Sebagian anak berkumpul dalam lingkaran kecil, mereka belajar tentang sejarah islam, tentang apa saja ihwal ilmu pengetahuan.
Asafri Jaya Bakri sengaja melahirkan gerakan Masjid-Isya di Masjid untuk para pelajar di Kota Sungai Penuh. Alasannya sederhana, guna membendung degradasi moral dan hancurnya tatakrama dikalangan pelajar.
Alasan lain, sebagai sarana belajar dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak muda.
Dari sanalah, mereka banyak menangguk ilmu yang barangkali tak diajarkan di bangku sekolah.
Pria yang akrab disapa AJB ini mempelopori gerakan Maghrib-Isya bermula dari kampung halamannya sendiri, Desa Tanah Kampung, awal 2016 lalu.
Di periode kedua menjadi walikota, AJB memang konsen memperhatikan kualitas hidup warga. Selain gerakan maghrib-isya, AJB juga aktif mengkampanyekan hidup sehat, buang air besar di jamban.
Bukan sebatas imbauan, tapi AJB memfasilitasi warga dengan infrastruktur yang memadai. Memperbaiki drainase sepanjang kota, sehingga tak ada lagi sampah yang menyumbat.
AJB konsen memperbaiki kualitas sanitasi yang berfokus pada penataan drainase lingkungan. Memperbaiki tata kelola persampahan dan berusaha keras membendung kontaminasi air tanah dari limbah hasil kegiatan warga.
Bukan omong kosong, AJB bahkan menterjemahkan kebijakan itu dalam Strategi Sanitasi Kota Sungai Penuh. Konsep itu kemudian muncul dalam rencana tindak tahunan (annual action plan).
Hasilnya? Coba tengok, betapa maju dan ciamiknya kota sungai penuh kini.
Akhir tahun 2018 lalu, AJB kaget menerima kunjungan tim Koran Harian Kompas. Mereka jauh-jauh datang dari Jakarta bertandang ke Kota Sungai Penuh untuk satu misi, mengganjar Kota Sungai Penuh menjadi juara Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018.
“Saya kaget. Mau dikasih penghargaan. Kapan penilaiannya?,”kata AJB terheran-heran.
Rupanya, Kompas sudah lama menurunkan tim riset ke Sungai Penuh. Bahkan, riset juga berlangsung serentak di 93 kota se Indonesia. Tanpa sepengetahuan pemerintah setempat.
Kota-kota ini dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk.
Ada empat kategori: Kota Metropolitan atau kota dengan penduduk minimal 1 juta jiwa;
Kota besar, daerah berpenduduk lebih dari 500 jiwa hingga kurang dari 1 juta jiwa,
kota sedang daerah berpenghuni lebih dari 100 ribu jiwa hingga 500 ribu jiwa.
Terakhir ada kota kecil yang berpenduduk paling banyak 100 ribu jiwa.
Kota Sungai Penuh masuk dalam kategori kota kecil.
Nah, yang diriset Kompas melalui tim IKCI itu, bagaimana konsep kota cerdas dikaitkan dengan semua usaha memecahkan masalah warga kota dan mewujudkan efesiensi sumber daya, termasuk energi.
Bagaimana aktivitas jasa didorong maju untuk melayani kebutuhan warga. Konsep ini juga menitik beratkan pada upaya menuju pembangunan berkelanjutan. Yang menjadi pencapaian paripurna kota cerdas, kualitas hidup warga kota meningkat.
Penyusunan indeks ini berbasiskan Lingkaran Kota Cerdas milik Boyd Cohen.
Dalam lingkaran tersebut, kota cerdas ini dibangun dari banyak aspek yang bisa dikelompokkan menjadi enam pilar, yakni lingkungan, mobilitas, pemerintahan, ekonomi, masyarakat, dan kualitas hidup.
Indikator dari enam pilar tersebut kemudian diturunkan. Data sekunder terkait 93 kota dikumpulkan dari BPS dan lembaga lain.
Angka dan informasi yang terhimpun diolah dan diboboti dengan pendapat 12 pakar. Pemberian bobot menjadi bagian penting agar metodologi yang diadopsi bisa lebih sesuai dengan kondisi Indonesia.
Bobot terbesar dari enam elemen kota cerdas ada pada aspek masyarakat, terutama dalam hal pendidikan, kreativitas, dan inklusivitas.
Nah, dari semua penilaian yang ketat itu, kota sungai penuh berhasil mengantongi prestasi dari puluhan kota-kota kecil se Indonesia.
Bayangkan, Sungai Penuh bersanding dengan Kota Padang Panjang dan Solok.
Kota Sungai Penuh misalnya, dianggap unggul dalam IKCI 2018 karena dinilai punya inisiatif-inisiatif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
AJB konsen menyediakan infrastruktur layanan dasar permukiman dan infrastruktur strategis di perkotaan. Ia sukses mendorong industri kreatif warga.
Selain itu, ada gerakan yang mendorong warga belajar dengan gratis. Teknologi pun telah membantu memudahkan pendidikan di Kota Sungai Penuh.
Warga kota terbangun kesadaran tak membuang sampah sembarangan dan buang air besar di jamban.
Terpenting, AJB memiliki perencanaan pembangunan kota yang memadai. Rencana-rencana yang bersifat sektoral dan spasial inilah yang menjadikan Sungai Penuh diganjar prestasi kota cerdas oleh harian Kompas.
AJB sukses membangun kehidupan warga berbasis pengetahuan secara kontinu.
AJB menyebutkan, kebijakan pembangunan kualitas hidup manusia itu bukan semata demi mengejar prestasi.
Ia, bahkan tak tahu bakal ada penilaiai kota cerdas dari kompas itu.
Tapi, kerja keras yang ia lakukan selama ini demi memajukan daerah kelahirannya.
AJB sadar, kota kecil ini tak punya sumber daya alam yang bisa diandalkan.
Karena itu, meningkatkan kualitas dan kapasitas manusia menjadi hal penting baginya. Supaya daerah ini maju, Agar Jambi Berkeadilan.
Prestasi, hanya bonus kecil saja dari upaya kerja keras itu.(*)
Artikel ini telah tayang di Jambilink.com dengan judul "

Ide Cerdas Kota Cerdas ala AJB"

Sumber : Jambilink.com