Kisah Iskandar Tanam Alpukat Seberat 2 Kg, Sekali Panen Bisa Naik Haji dan Beli Honda Jazz


Portaljambi.com - Di Blitar, Jawa Timur, terdapat budi daya alpukat dengan berat mencapai 2 kilogram. Namanya alpukat Markus Aligator. Kata pemiliknya, Muhammad Iskandar, nama itu tak ada arti khusus. Dinamakan demikian, karena alpukat itu hasil stekkan sendiri, yaitu bibit dari Thailand dengan alpukat lokal (Blitar).
"Bibitnya pemberian teman ayah, yang pulang dari Thailand. Kemudian saya stek sendiri dengan alpukat lokal. Hasilnya, mengejutkan seperti ini," ujar Iskandar, warga Desa Pojok, Kecamatan Garum, Blitar, ditemui di kebunya, Rabu (11/3/2020).

Jika dibandingkan dengan alpukat lokal, ukuran alpukat Aligator jauh berbeda. Bisa sampai tiga kali lebih besar, karena rata-rata beratnya 2,2 kg per buah. Malah, orang-orang menyebutnya alpukat raksasa karena besarnya sama dengan kepala bayi. Pria berusia 34 tahun ini punya 60 pohon, yang sudah berbuah berkali-kali dan buahnya sudah dijual.

Ada 5.000 pohon berumur 2 tahun dan tahun depan diperkirakan sudah berbuah.
Untuk mencari rumah Iskandar, tak sulit. Semua orang mengenalnya karena ia dikenal sebagai petani alpukat yang sangat sukses.
"Banyak tamu, terutama musim alpukat seperti bulan ini. Rata-rata orang dari luar kota untuk beli bibit," paparnya.

Meski masih terbilang muda, Iskandar bukan lah petani alpukat yang baru mencoba. Ia mengaku sejak usia 9 tahun, sudah diajari bertani alpukat oleh ayahnya.

Namun, yang membedakan dengan ayahnya, ia menekuni budi daya alpukat dengan cara menyetek sendiri.
Panen perdana

Iskandar mengatakan, panen perdana alpukat baru terjadi tahun 2019. Dari hasil panen itu ia bisa membeli lahan untuk memperluas lahan alpukatnya. Tak hanya itu, yang membanggakannya, dirinya bisa mendaftar haji bersama istrinya dan beli mobil Honda Jazz.

Iskandar mengatakan, alpukatnya itu banyak yang menyukai.
Selain buahnya besar, pohonnya tak tinggi, tapi berbuah lebat sehingga batangnya banyak.
"Dari cabang-cabang itu, kami terus menyeteknya, dan terus mempertahankan kualitasnya, terutama buahnya agar tetap besar," ungkapnya.

Bahkan, saking besar buahnya, ia harus banyak menguranginya. Tujuannya, agar batangnya tak sampai patah karena tak kuat menahan beratnya buah. Sebab, satu pohon saja bisa berbuah sampai 200 biji.
Namun, sebelum buah itu besar, harus dikurangi separuh atau tinggal 80 sampai 100 buah per pohon.
"Kami harus rutin menghitungnya di saat buah itu masih kentel. Jika tak dikurangi, ya nggak kuat batangnya, karena satu batang saja bisa berbuah 8 sampai 10," paparnya.

Memang, masa panennya agak lebih lama. Untuk alpukat lokal, masa panennya hanya tiga bulan. Sedangkan untuk alpukat Aligator ini sampai tujuh bulan atau lebih lama empat bulan.
"Menunggu sedikit lebih lama, namun hasilnya memuaskan. Sebab, buah yang paling kecil saja beratnya 1,8 kg dan yang terbesar berkisar 2,2 kg atau sebesar kepala bayi. Jadi, mau makan kita itu cukup makan satu buah saja, bisa tak habis," ujarnya.

Tak hanya besar, buahnya juga tahan lama atau tak mudah busuk dibandingkan alpukat lainnya yang hanya bertahan sepekan. Alpukat Aligator ini bisa bertahan sampai tiga pekan. Rasa alpukat ini tak hanya pulen, tapi juga legit. Meski terlihat besar, kulitnya ternyata tipis sehingga dagingnya tebal.
"Kalau sudah merasakan, pasti ketagihan karena rasa legitnya itu yang menggoda lidah kita," papar Iskandar.

Harga

Karena bentuknya yang jauh lebih besar dibanding alpukat lokal, maka harganya pasti berbeda. Harga alpukat aligator Rp 30.000 per 1 kg. Bayangkan, dengan harga segitu, maka setiap pohonnya bakal menghasilkan uang Rp 6 juta. Sebab, setiap pohon atau sekali panen rata-rata berbuah sebanyak 100 biji. Itu dengan estimasi rata-rata per biji seberat 2 kg.
"Tak ada biaya perawatan khusus. Kalau sudah besar, ya hanya disiram saja. Dan, sesekali dikasih pupuk kandang," paparnya.

Soal harga bibitnya, Iskandar mengaku tak mahal karena rata-rata cuma Rp 50.000, dengan tinggi 80 cm. Tak hanya menjual buahnya, permintaan bibit juga tinggi. Di antaranya, ia rutin mengirim pesanan bibit ke Palembang, Penajam (Kaltim), dll.
"Rata-rata sebulan permintan ke Kaltim saja sekitar 5.000 bibit. Belum lagi, permintaan ke daerah lainnya, sehingga kami sering kehabisan stok," ujarnya.

Berapa penghasilannya, ia agak malu-malu menceritakan. Namun, katanya, bertani alpukat Aligator ini merupakan salah satu usaha yang punya prospek ke depan.

"Setelah dipotong ongkos karyawan (punya 15 karyawan), masih untung lah. Yang penting, kami bisa memberikan pekerjaan buat para tetangga," paparnya.

Kompetitor

Alpukat aligator ternyata memiliki pesain, yaitu alpukat asal Vietnam. Namanya alpukat Has.

Alpukat ini menguasai sejumlah supermarket di Indonesia.Ukuran alpukat Has dan Aligator sama, begitu juga dengan rasa yang hampir mirip. Namun harganya lebih murah, yakni Rp 21.000 per kg.
"Kami akhirnya menurunkan harganya dan kami samakan dengan alpukat Has yang asal Vietnam itu. Tujuannya, agar kami bisa bersaing. Kami minta agar pemerintah bisa membatasi impor alpukat supaya petani kita bisa berjaya," ujar dia.