Memanas ! 17 Motor SAD Dirusak, 5 Dibakar; Ratusan Orang Rimba Air Hitam Mengungsi di Sarolangun

 


SAROLANGUN – Konflik Orang Rimba atau Suku Anak Dalam (SAD)  dengan PT Primatama Kreasi Mas di Air Hitam, Sarolangun, kembali meruncing. Polisi berhati-hati menyelidiki kasus ini dengan mengedepankan upaya persuasif.

Hingga Minggu (31/10), tiga security PT PKM masih dirawat usai terkena peluru kecepek saat bentrok pada Jumat (29/10). Sedangkan sekitar 350 jiwa dari tiga kelompok Orang Rimba dilaporkan mengungsi dalam ketakutan ke sejumlah lokasi. 

Bentrok bermula ketika sekelompok perempuan Rimba yang mencari brondol (buah sawit yang jatuh berserakan) diintimidasi satpam PT PKM. Para satpam merampas sawit yang dengan susah payah mereka kumpulkan tersebut.

Informasi yang dihimpun Metro Jambi, karena ketakutan, para perempuan itu berteriak, yang didengar oleh Besayung. Pria Rimba ini mencoba melindungi kaum perempuannya, namun malah dipukuli.


Para perempuan semakin takut dan histeris sehingga datanglah Orang Rimba lain yang kebetulan membawa senjata rakitan atau kecepek. Dalam situasi gaduh, Orang Rimba menembakkan senjata dan mengenai tiga satpam.

Dua satpam dilarikan ke Bangko, satu orang dirawat di Kota Jambi. Pasca insiden itu, terjadi penyerangan balik ke pemukiman Orang Rimba. Sudung atau pondok-pondok Orang Rimba di dalam kebun diobrak-abrik. Sepeda motor mereka dibakar.

Pemukiman Madani yang dibangun khusus untuk Orang Rimba di Desa Lubuk Jering juga diserbu. Di sini, sepeda motor mereka juga dibakar. Total tercatat lima unit sepeda motor yang dibakar di dua lokasi.

Camat Air Hitam Herjoni yang dihubungi Metro Jambi, Minggu (31/10), mengatakan bahwa  kondisi di wilayahnya cukup kondusif. Katanya, kelompok SAD yang terlibat bentrok masuk jauh ke dalam hutan. Sedangkan security yang menjadi sasaran peluru kecepek masih dirawat.

Orang Rimba yang melarikan diri ke dalam hutan antara lain berasal dari kelompok Meladang (Perumahan Madani, 57 keluarga); kelompok Aprizal (Singosari, Desa Pematang Kabau, 33 keluarga); kelompok Bepayung (Ujung Doho, Pematang Kabau, 24 keluarga).



Kini lokasi-lokasi permukiman Orang Rimba tersebut kosong dan sepi, termasuk Perumahan Madani yang dibangun usai Presiden Jokowi bertemu warga SAD Air Hitam pada 2015. Perumahan ini dibangun oleh TNI dan diresmikan pada 2020 oleh Pangdam II/Sriwijaya.

Insiden Jumat itu disebut-sebut berkait erat dengan bentrokan pada 17 September 2021 lalu. Hari itu, saat itu Orang Rimba bernama Nutup dan adiknya, Niti,  serta tujuh orang lainnya dihadang satpam dan pekerja  PT PKM.

Satpam meminta mereka menurunkan buah sawit brondolan yang mereka kumpulkan hari itu. Mereka mengalah, tetapi malah dipukuli sehingga tiga orang terluka. Enam sepeda motor mereka dirampas dan dibuang ke parit atau kanal perkebunan.

Saat itu, melintas Besera dan Orang Rimba lainnya di lokasi tersebut. Mereka juga dipukul dan sepeda motor mereka ikut dirampas dan dibuang. Total sebanyak 17 sepeda motor Orang Rimba yang dirampas dan dibuang ke parit.

Dalam situasi ketakutan, Orang Rimba berlari meninggalkan lokasi bentrok.

Usai insiden itu, Tumenggung Ngelembo, yang berkekerabat dengan kelompok tersebut mencari jalan penyelesaian ke PT PKM. Akhirnya, pada 13 Oktober 2021 tercapai kesepakatan damai. PT PKM didenda adat membayar pampaih Rp 36 juta bagi korban luka-luka.

Sedangkan 17 sepeda motor yang dibenamkan di parit akan dikembalikan ke Orang Rimba dalam kondisi sudah diperbaiki. Perusahaan meminta waktu seminggu untuk perbaikan sepeda motor dan membayar denda adat.

Namun, hingga Jumat, 29 Oktober 2021, janji tak kunjung dipenuhi. Orang Rimba kembali mengumpulkan brondol hingga menyebabkan konflik yang berujung penembakan tiga security PT PKM tersebut.

Upaya Metro Jambi meminta konfirmasi pihak perusahaan masih belum berhasil.

Yang pasti, insiden ini menjadi perhatian serius Polda Jambi. Mendapat laporan bawahannya, Kapolda langsung memerintahkan  Waka Polda Jambi Brigjen Pol Yudawan berkunjung ke lokasi.

Kepada awak media, Yudawan mengatakan bahwa polsisi sedang menyelidiki kasus ini dan meminta keterangan para saksi. Dia memastikan, proses hukum akan tetap dilakukan, namun dengan mengedepankan tindakan persuasif.

“Ibaratnya mengambil rambut dalam tumpukan tepung, tepung tidak tumpah rambut tidak putus. Artinya kita butuh pendekatan persuasif dalam penanganan kasus ini,” ungkapnya, Sabtu (30/10).

Yudawan meminta masyarakat tetap tenang dan tidak terprovokasi. “Kita sudah kerahkan tim untuk menjaga kondusifitas di wilayah kejadian penembakan. Kita juga libatkan teman-teman dari Warsi untuk menjembatani dengan SAD,” jelasnya.

Manajer Program Suku-Suku KKI Warsi Robert Aritonang menyebut konflik di PT PKM adalah akumulasi dari persoalan dasar Orang Rimba yang tidak terselesaikan. Katanya, konsesi PT PKM adalah wilayah jelajah Orang Rimba jauh sebelum perusahaan itu masuk.

Namun, perusahaan membiarkan komunitas itu terlunta-lunta, menolak mengakomodir mereka secara layak sebagai anak bangsa. “Ini intinya. Orang Rimba kehilangan sumber penghidupan karena telah beralih fungsi menjadi perkebunan sawit,” ujar Robert, Minggu (31/10).

Tak hanya dengan PT PKM, KKI Warsi yang mendampingi beberapa kelompok Orang Rimba mencatat konflik dalam konsesi perkebunan sawit lainnya. Lebih dari 414 keluarga Orang Rimba tinggal di perkebunan sawit sejumlah perusahaan di Air Hitam dan sekitarnya.

Di antaranya milik Sinar Mas, yakni PT Krisna Duta Agorindo, PT PKM dan PT Bahana Karya Semesta, serta PT Sari Aditya Loka (group Astra). Dia meminta manajemen perusahaan peduli. “Jangan membenturkan Orang Rimba dengan pekerja perusahaan,” tegas Robert.


Sumber Metrojambi.com